Penulis: Bayu Putra Yamin Lande
Hari Lingkungan Hidup sedunia adalah momentum global yang diperingati tiap 5 Juni dan pada Kamis, 5 Juni 2025 Yayasan Motivator Pembangunan Masyarakat (MPM) memperingatinya bersama anak muda di Toraja. Acara tersebut melibatkan beberapa aliansi, organisasi, lembaga serta instansi pemerintahan di Tana Toraja dan Toraja Utara.
Kegiatan diawali dengan distribusi 2000 bibit pohon ke berbagai organisasi masyarakat, organisasi keagamaan, sekolah dan organisasi pemuda. Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari organisasi dan lembaga tersebut. Sejumlah bibit pohon yang didistribusikan diantaranya Durian, Pete, Manggis dan Rambutan. Bibit tersebut direncanakan ditanam serentak pada hari lingkungan hidup sedunia, sekaligus penanaman pohon secara simbolis oleh Yayasan MPM.
Penanaman pohon secara simbolis di halaman kantor Yayasan MPM diwakili oleh berbagai pihak, diantaranya Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tana Toraja, Perwakilan Pemuda Muslim Toraja (BKPRMI dan GP Ansor Toraja Raya), Perwakilan Pemuda Kristen (PPGT dan GMKI), dan Perwakilan Pemuda Katolik (OMK). Selain itu, acara juga dihadiri oleh peserta Sekolah Lapang Iklim RYCAM dan Perwakilan Sekolah Peserta School Contest RYCAM (SMKS SPP St. Paulus Makale dan SMAN 5 Tana Toraja).

Setelah kegiatan penanaman pohon secara simbolis, kegiatan dilanjutkan dengan sesi talkshow dengan tema Green Ambasaddor: A Youth Movement on Climate Change Mitigation. Talkshow ini menghadirkan narasumber Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tana Toraja, Nirus Nikolas Sakke, Direktur Yayasan Motivator Pembangunan, Ruth Tandi Ramba, Pengurus Pusat PPGT, Pengurus GMKI Tana Toraja, Pengurus Pemuda Katolik Tana Toraja dan Pengurus Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Tana Toraja. Talkshow berlangsung selama 90 menit yang dipimpin oleh Program Manager Yayasan MPM Bapak Tandu Ramba.
Diskusi diawali dengan pertanyaan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tana Toraja terkait langkah konkrit dalam aksi pengurangan sampah plastik yang menjadi masalah serius dalam pencemaran lingkungan di wilayah Toraja. Bapak Nirus Nikolas menjelaskan bahwa TPA di Toraja sudah dalam kondisi darurat, di mana jumlah volume sampah terus bertambah dan didominasi oleh sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang. Ia menerangkan bahwa langkah pemerintah adalah dengan mengelola kembali sampah, sampah organik dapat diolah menjadi kompos, atau bahan pakan ternak sedangkan sampah anorganik dapat diolah menjadi bahan siap pakai seperti kerajinan tangan. “Pemerintah Kabupaten Tana Toraja juga mengupayakan penanganan sampah dengan pembentukan payung hukum melalui pembentukan RAPERDA persampahan dan saat ini sedang didiskusikan bersama komisi III DPRD Tana Toraja. JIka RAPERDA ini diimplementasikan akan dapat memberi sanksi hukum kepada pelaku pencemaran lingkungan” ujar Nirus Nikolas.

Sesi talkshow dilanjutkan dengan pandangan perwakilan pemuda soal lingkungan hidup dan aksi nyata yang dilakukan. Kehadiran pemuda menjadi sebuah poin menarik dalam kegiatan ini, dimana pemuda yang hadir merupakan pemuda lintas agama yang semakin menguatkan identitas Toraja dalam merangkul keberagaman. Tanggapan diawali oleh perwakilan pemuda Muslim dengan menyampaikan sebuah pesan “Menjaga lingkungan hidup sudah tersirat dalam kitab suci umat muslim, sehingga manusia diciptakan sebagai penjaga alam raya” ujar Ahmad Bartanamal, Ketua Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Tana Toraja. Hal senada juga diutarakan perwakilan umat Katolik, Daniel Kala’lembang yang menjelaskan bahwa “Simbol salib yang menjadi permulaan segala sesuatu dalam umat katolik bermakna hubungan manusia dan Tuhannya serta hubungan manusia dan sesama serta lingkungannya.”
Dalam diskusi juga dijelaskan bahwa salah satu ensiklik mendiang Paus Fransiskus turut menyoroti isu krisis lingkungan dan mengajak semua kalangan untuk mengambil tindakan global dan terpadu untuk melindungi “rumah kita”. Tak sampai disitu, kaum pemuda Kristen melalui Persekutuan Pemuda Gereja Toraja (PPGT) dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) turut berkomentar yang diawali oleh perwakilan GMKI, Imanuel Tau’langi yang mengatakan “Sejak awal bagi kader di didoktrin untuk menjaga lingkungan sekitar, karena sejatinya manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya”. Komentar tersebut diperjelas kembali oleh perwakilan PPGT “Terkhusus di Toraja kami kembali menggalakkan narasi “tallulolona”. Ini merupakan falsafah masyarakat Toraja di mana tiga aspek penting dalam kehidupan, yaitu manusia (lolo tau), hewan (lolo patuan) dan tumbuhan (lolo tananan)”, sehingga sejak awal manusia, hewan dan tumbuhan adalah sebagai mitra ujar Yunus Dali perwakilan pengurus PPGT.
Diskusi diakhiri dengan komentar dari Ibu Ruth Tandi Ramba sebagai Direktur Yayasan MPM yang menyatakan bahwa Yayasan MPM sejak awal sudah berfokus pada isu lingkungan dan perubahan iklim. Bahkan saat ini telah terlibat pada level internasional dan nasional melalui jejaring organisasi yang berfokus pada isu lingkungan dan perubahan iklim. Tindakan nyata yang dilakukan, seperti kampanye hidup sehat tanpa plastik di berbagai desa binaan MPM maupun dalam berbagai forum diskusi.