Penulis: Bayu Putra Yamin Lande
Bali, 2025. Indonesia mendapat julukan sebagai negeri yang kaya dan subur. Indonesia juga merupakan negara pengekspor utama sejumlah komoditi pertanian. Namun, ada beberapa wilayah di Indonesia yang harus melakukan sedikit upaya ekstra untuk dapat melakukan aktivitas pertanian. Salah satunya di Nusa Penida, Bali. Wilayah itu dikenal memiliki jenis tanah mediteran, jenis tanah dengan tekstur batuan kapur yang kurang cocok untuk aktivitas pertanian.
Tim SENADA asal SMAN 1 Atap Klumpu dibawah naungan Yayasan KEMAS melihat hal tersebut sebagai tantangan. Sekolah peserta Kompetisi Sekolah RYCAM ini menghadirkan solusi inovatif melalui penerapan sistem Hugelkultur di lingkungan sekolah mereka. Singkatnya, sistem hugelkutur adalah sistem pertanian yang menggunakan prinsip dekomposisi dan penumpukan bahan organik seperti kayu, ranting, daun dan rumput yang kemudian ditutupi dengan tanah sehingga, membentuk bedengan tinggi seperti bukit kecil. Sistem ini diharapkan dapat menjadi media yang baik dalam tumbuh kembang tanaman budidaya.

Pada tahap awal implementasi, Tim SENADA melakukan identifikasi lokasi meliputi pengamatan kondisi tanah dan ketersediaan air. Tahap selanjutnya tim ini menerapkan metode hugelkutur dengan campuran kayu, daun kering dan kompos sebagai lapisan tanah. Namun, selama tahap implementasi Tim SENADA mengalami sejumlah tantangan, Terutama dalam penyediaan alat dan bahan. Drum untuk komposting dan tanah subur sulit di dapat serta memiliki harga yang cukup tinggi.
Menyadari tantangan tersebut mereka mengatur kembali anggaran yang tersedia dengan melakukan efisiensi. Untuk menghemat biaya tenaga kerja, mereka melibatkan siswa, guru maupun staf sekolah dalam melakukan komposting dan bentuk penghematan lainnya secara berkala. Hal ini juga dinilai berdampak positif sebab pihak sekolah terlibat langsung, dan tak hanya mendapat teori namun praktik langsung di lapangan.
Mereka juga melakukan pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam, berdasarkan kondisi tanah, kebutuhan air, dan manfaat ekologis tanaman. Pemilihan tanaman diarahkan pada spesies yang mampu beradaptasi dengan metode hugelkultur serta memiliki manfaat jangka panjang, baik dari segi ketahanan pangan maupun keberlanjutan lingkungan. Setelah itu, dilanjutkan dengan tahap pembibitan dan penyemaian bibit. Proses ini dilakukan dengan cermat agar bibit memiliki tingkat keberhasilan tumbuh yang tinggi dapat berkembang dengan baik sebelum dipindahkan ke lahan utama.

Di samping itu, proses pengomposan juga terus berjalan sebagai bagian dari strategi pengelolaan limbah organik di sekolah. Melalui drum komposting mereka memastikan bahan organik yang dikumpulkan seperti sisa daun, ranting kecil, dan limbah dapur terurai secara optimal menjadi pupuk alami. Dengan sistem ini, sekolah dapat secara mandiri menghasilkan pupuk organik untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan sistem hugelkutur.