Biodegradable Pot: Solusi Atasi Limbah Kertas di Sekolah

Kiprah Anak Muda di Los Banos
December 5, 2024
Tim Kompetisi Sekolah SMAN1 Pangandaran membuat Bioelixir dan Biopestisida dari Limbah Dapur
Bioelixir & Biopestisida: Inovasi Hijau SMAN 1 Pangandaran untuk Aksi Iklim Sekolah
May 9, 2025

Biodegradable Pot: Solusi Atasi Limbah Kertas di Sekolah

Penulis: Bayu Putra Yamin Lande

Pontianak, 2025. Sekolah merupakan suatu instasi atau lembaga yang memproduksi kertas dalam jumlah besar. Oleh karenanya perlu suatu upaya dalam mengolah kembali limbah kertas yang digunakan. Hal itu yang menjadi landasan bagi Tim SMUJA (SMAS Mujahidin Pontianak) dalam kegiatan School Contest RYCAM.  Di bawah naungan lembaga YSDK, mereka mengimplentasikan ide mereka dalam pengelolaan  limbah kertas di sekolah menjadi Biodigradable pot – sebuah pot tanaman hias yang akan memperindah sekolah.

Proses pengolahan kertas dalam pembuatan Biodigradable pot

Ada tiga tahap dalam proses produksi Biodigradable pot. Dimulai dengan pengumpulan kertas kertas tak terpakai di lingkungan sekolah, pemrosesan kertas dengan mencacah kertas menjadi ukuran kecil dan  perendaman kertas pada air bersuhu tinggi menjadi adonan. Terakhir,  penambahan tepung kanji pada adonan tersebut supaya  padat dan dapat dibentuk menjadi pot.

Proses tersebut ternyata tidak berjalan mulus. Saat penambahan tepung kanji, Tim SMUJA menyadari bahwa adonan yang dihasilkan tak cukup padat untuk dapat dibentuk menjadi sebuah pot. Mereka bereksperimen dengan menambahkan putih telur pada adonan kertas, sebab putih telur memiliki asam amino yang berperan sebagai zat pengikat pada material bahan. Kendala lain yang dirasakan oleh Tim SMUJA adalah soal cuaca. Selama proses implementasi, terjadi hujan secara terus menerus di wilayah tersebut sehingga proses pengeringan pot menjadi terhambat. Namun demikian target produksi sebanyak 60 pot berhasil dicapai tim asal SMAS Mujahidin Pontianak ini.

Hasil produksi pot oleh tim ini kemudian di cek kelayakannya oleh dua orang validator yang juga merupakan guru prakarya SMAS Mujahidin Pontianak sebelum dapat digunakan di lingkungan sekolah. Tim SMUJA kemudian mendistribusikan informasi ini ke lingkungan sekolah mereka secara menyeluruh melalui penyusunan modul. Hal itu dilakukan guna mendorong partisipasi pemuda terhadap isu iklim.