Mempersiapkan Fasilitator Petani Muda Tangguh di Era Krisis Iklim

Sosialisasi Iklim di Desa Dame bersama BITRA Indonesia
July 18, 2025
RYCAM School Contest 2025: Pelopor Aksi Iklim melalui Peran Siswa Indonesia
August 2, 2025

Mempersiapkan Fasilitator Petani Muda Tangguh di Era Krisis Iklim

Penulis: Fisal Hafiz

 Kopeng, 21–23 Juni 2025

Di bawah langit Kopeng, Jawa Tengah yang teduh dan dikelilingi lereng gunung, beberapa petani dampingan dari Pangandaran dan Toraja bersama staf JAMTANI dan MPM menjalani tiga hari yang penuh pembelajaran. Lewat kegiatan Training of Trainer (ToT) Climate Business Field School, merekatidak hanya melakukan pelatihan teknis, tetapi juga menciptakan ruang bersama untuk merancang masa depan regenerasi petani muda di tengah tekanan krisis iklim dan ekonomi desa.

Sebagai bagian dari program RYCAM, kegiatan ini menekankan pentingnya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui pendekatan yang lebih terpadu. Tidak hanya dari sisi ekologi, tetapi juga dari sisi ekonomi yang selama ini sering luput disentuh. Di sinilah para fasilitator diajak untuk mendalami bagaimana memfasilitasi proses belajar yang partisipatif, kontekstual, dan relevan dengan kehidupan petani muda hari ini.

Modul CBFS (Climate Business  Field School) yang digunakan adalah modul terbaru hasil pengembangan JAMTANI, MPM, dan SLE Humboldt University. Di dalamnya, berbagai tema penting dibahas secara mendalam, mulai dari pengantar pertanian dan perubahan iklim, perspektif terhadap krisis iklim, pengenalan cuaca dan iklim, hingga praktik pertanian net zero yang menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan ekologi. Peserta juga diajak memahami lebih dekat ekologi tanah, kesuburan tanah, serta potensi pengembangan peternakan dan benih lokal.

Namun tak berhenti di situ. Modul CBFS juga memuat tema-tema strategis seperti digitalisasi pertanian, rantai nilai dan sistem pangan, analisa pasar, penanganan pasca panen, hingga analisa usaha tani. Melalui pendekatan ini, peserta tidak hanya mempelajari cara bertanam yang adaptif, tetapi juga memahami bagaimana hasil tani mereka bisa bernilai ekonomi lebih tinggi dan terhubung dengan pasar secara adil.

Salah satu bagian yang menjadi perhatian khusus dalam pelatihan ini adalah penyusunan Business Model Canvas (BMC), identifikasi potensi lokal, serta bagaimana mengakses pendanaan usaha tani. Ketiga tema ini menjadi tulang punggung dalam membangun kemandirian ekonomi petani muda yang tidak hanya kuat dari sisi produksi, tetapi juga tangguh dari sisi perencanaan dan keberlanjutan usaha.

Seluruh proses pembelajaran disusun dengan pendekatan andragogiyang menerapkan sistem belajar orang dewasa dan learning cycle/siklus belajar  yang didalamnya terdapat mengalami,menganalisis, menarik kesimpulan, sampai Perancanaan Aksi yang bersifat partisipatif. dua metode yang sejak awal menjadi ciri khas fasilitasi JAMTANI dan MPM. Dari diskusi kelompok, micro teaching, hingga simulasi dunia nyata, peserta dilatih untuk menjadi fasilitator yang mampu memantik inisiatif, bukan sekadar menyampaikan materi.

Pak Isnaini Djalil sedang memfasilitasi petani dan staff jamtani untuk dapat menjadi fasilitator implementasi Climate Business Field School

Menariknya, untuk menyempurnakan proses fasilitasi dan memperkuat arah modul CBFS, pelatihan ini juga menghadirkan fasilitator khusus yang datang jauh dari Banda Aceh, yaitu Isnaini Djalil. Beliau hadir sebagai penguat proses penyusunan dan pengembangan metode fasilitasi yang lebih tajam dan reflektif. Kehadiran beliau memberi warna tambahan yang kaya dalam diskusi, sekaligus mengingatkan bahwa kerja-kerja pemberdayaan lintas wilayah adalah jembatan penting dalam membangun gerakan pertanian ramah iklim secara nasional.

Modul CBFS ini telah melalui proses review oleh tiga orang ahli yang berkompeten (Akademisi, Praktisi, dan Pemuda akademisi). Proses ini memastikan bahwa setiap tema yang diangkat tidak hanya relevan secara konten, tetapi juga kuat secara metodologi, aplikatif di lapangan, dan responsif terhadap kebutuhan petani muda saat ini.

Di akhir pelatihan, tumbuh harapan dari para peserta: agar modul ini terus disempurnakan, direplikasi, dan menjadi bahan perubahan di desa masing-masing. Harapan bahwa regenerasi petani bukan sekadar jargon, melainkan nyata hadir dalam bentuk petani muda yang adaptif, kritis, dan mandiri. Petani yang tidak hanya menjaga bumi, tapi juga bisa hidup layak dari hasil kerja mereka sendiri. Bahwa pertanian bisa menjadi jalan hidup yang tidak hanya memberi hasil, tapi juga harapan.