SMAN 1 Dolok Masihul
June 26, 2025
SMAN 1 MANGUNJAYA
July 9, 2025

Satu Pondok, Satu Lingkaran Keberlanjutan

This article was written by: Febriana Reminissere Tambunan (Media & Communication Officer of Indonesia Organic Alliance) febriana@aoi.ngo – +62 822 1696 3102

Di tengah dunia yang semakin bising dan penuh polusi, salah satu kemewahan masa kini justru adalah bisa belajar di tempat yang hijau dan tenang. Itulah yang dinikmati oleh para siswa SMK Caruban Nagari yang berada di kawasan Pondok Pesantren Amparan Jati di Cirebon, Jawa Barat. Dikelilingi oleh persawahan dan lingkungan yang masih lestari, sekitar 80 siswa setiap harinya dapat menghirup udara segar, memandang hijaunya alam, dan menjalani proses belajar dalam suasana yang menenangkan.

Sebagai sekolah berbasis pesantren, kehidupan para santri memang lebih fokus pada pendalaman akhlak dan nilai-nilai keagamaan, serta minim interaksi dengan dunia maya. Namun, di tengah rutinitas tersebut, para siswa tak berhenti untuk mencari hal-hal baru yang bermakna. Salah satunya adalah dengan memulai Program Pembibitan Pohon dan Pembuatan Pupuk Kompos Organik, yang mereka ajukan sebagai bagian dari RYCAM School Contest.

Program ini digagas oleh 13 siswa kelas 2 SMA, yang sejak Maret mulai mengolah limbah organik dari lingkungan sekolah dan pondok menjadi kompos. Mereka membagi peran secara kolaboratif: kesepuluh santri perempuan yang bertugas di dapur mengumpulkan cangkang telur dan limbah dapur lainnya, sementara ketiga santri laki-laki mengolahnya bersama bahan organik lain menjadi pupuk kompos. Kompos ini mereka aduk dan pantau setiap hari selama dua minggu hingga siap menjadi media tanam.

Siswa SMK Caruban Nagari sedang melakukan pengamatan mengenai hasil pembuatan pupuk kompos organik

Setelah kompos siap, benih sayuran seperti kangkung dan bayam mulai mereka semai. Saat tanaman tumbuh, akan dipindahkan ke polybag yang lebih besar. Hasil panennya kelak kembali ke dapur pondok untuk diolah menjadi santapan bersama. Inilah praktik nyata ekosistem dapur berkelanjutan, atau ekonomi sirkular skala kecil yang menghubungkan limbah organik, pertanian, dan konsumsi secara langsung dalam satu lingkungan.

Proyek ini tidak hanya memberikan manfaat praktis, tapi juga membuka wawasan baru bagi para siswa. Mereka mulai bertanya tentang tanah subur, proses pertumbuhan benih, dan mulai memahami pentingnya pertanian dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mengaku senang karena kegiatan ini memberi mereka ruang produktif di luar pelajaran dan aktivitas pondok.

Lebih dari sekadar proyek, inisiatif ini menumbuhkan semangat kebersamaan dan kepedulian lingkungan. “Kami senang ada kegiatan yang bermanfaat untuk waktu lowong kami,” ujar Husen, si Ketua Kelompok. Dari membangun rumah semai, memilah sampah, hingga merawat tanaman bersama, semua dilakukan dengan semangat gotong royong. Mereka berharap program ini bisa diwariskan ke adik-adik kelas agar terus berlanjut dan menjadi budaya di pondok: mengolah limbah menjadi kompos, menyemai tanaman, dan menyediakan pangan sehat dari hasil kerja sendiri.

Di tengah krisis iklim dan tantangan global akan ketahanan pangan, langkah kecil ini adalah bentuk optimisme. Sebuah siklus yang tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga mendidik. Mereka membuktikan bahwa menjaga alam, mulai memproduksi pangan sendiri, dan menciptakan sistem yang berkelanjutan bukanlah hal mustahil, justru menjadi kemewahan yang sesungguhnya.